Wednesday, June 03, 2009

Rondo Ala Turca 3

Hari-hari menuju pementasan sudah dekat, aku semakin rajin berlatih. Aku sudah tidak banyak salah, tetapi aku tetap saja berlatih dengan giat, sampai-sampai tanganku merah-merah. Tetapi aku berusaha mengacuhkannya. Aku tidak mau malu di depan Theo dan semua penonton, juga semua yang mengharapkanku.

Hari ini, aku gladiresik di JHCC. Aku disuruh memainkan Rondo Ala Turca di panggung bersama seorang anak laki-laki. Pertama aku dan dia hanya diam seribu bahasa. Lalu tak lama, dia menuju ke arahku sambil mengajak berkenalan.
"Aku Theo," Katanya.
"Aku Thea," Balasku sambil tersenyum. Ia balas tersenyum, lalu kami mengobrol. Theo anaknya asyik juga. Kami nyambung. Kami sama-sama suka Beethoven, dan Rondo Ala Turca. Kami sedang mengobrol tentang Swan Lake saat Kak Yasser memanggil kami untuk berlatih.
Latihannya sukses dan berhasil bagus sekali. Kami diperbolehkan pulang. Di tempat parkir aku melihat Theo dijemput oleh laki-laki kurus yang tinggi. Mukanya mirip dengan Theo. Ayahnya mungkin? Ah, terlalu muda. Mungkin kakaknya.
Aah, lebih baik aku tidur saja di mobil. Aku capai sekali!

* * *

Akhirnya, hari pementasan datang juga. Aku memakai long dress biru muda yang anggun sekali. Dan rambutku digerai. Aku memakai sepatu berhak tiga centi. Theo memakai pakaian model tuxedo hitam.
"Thea, kamu tegang nggak?" Tanyanya.
"Mmm..." Gumamku. Pasti tegang, lah! Penontonnya saja banyak banget. Gimana kalau salah menekan tuts piano? Gimana kalau lupa nadanya bagaimana?
"Aku tegang banget nih!" Kata Theo lagi, mukanya memerah bersemangat. Huh, dia kok bisa sih, kayak gitu? Aku saja merasa tidak mampu tersenyum lagi. Aku merasa ujung rambutku bergetar saking tegangnya. Aku mencoba menepis rasa tegang itu.
"Ya, sekarang kami persembahkan kolaborasi biola dan piano dengan lagu Rondo Ala Turca. Kami persilahkan, piano oleh Giska Althea dan Theo Ardipradja kelas biola!" Kata MC, mempersilahkan kami maju kepanggung. Aku dan Theo saling mengangguk dan maju ke panggung bersama.

PLOK PLOK PLOK PLOK!!!!
Suara tepukan tangan penonton terdengar menggemuruh di Hall C, Jakarta Hall Convention Center. Rasanya aku makin grogi. Tetapi setelah berdoa berkali-kali dalam hati, aku merasa bisa. Aku dan Theo berpandangan, tersenyum dan mengangguk, lalu mulai memainkan lagu Rondo Ala Turca.
Alhamdulillah aku dapat memainkannya dengan baik. Kulihat Theo agak gemetar dan grogi, jadi kucoba tersenyum kepadanya. Beruntung ia melihat tindakan support dariku, jadi aku bisa kembali berkonsentrasi pada permainanku.
Singkatnya, kami berhasil memainkan Rondo Ala Turca dengan baik. Kami penampilan terakhir, jadi setelah selesai, kami disuruh untuk tidak turun dari panggung. Beberapa orang melempar setangkai mawar ke panggung. Theo memungut dan mengumpulkannya, dan memberikannya pada Bu Rona.
"Ya... Semua pelaku pertunjukan harap naik ke panggung," Kata MC. Semua pelaku pertunjukan pun naik, termasuk Kakakku, Kak Nadin.
"Kami akan memberikan sebuah piala Best Performance," Kata MC. Kak Yasser, Bu Rona dan beberapa guru lainnya naik ke panggung membawa piala perak yang sedang.
"Dan yang berhak membawa pulang piala ini adalah..."
Aku tahu, pasti bukan aku.
"GISKA ALTHEA!!!" Teriak MC. Sekali lagi terdengar riuh tepuk tangan para penonton. Aku spontan langsung menutup mulutku. Sedangkan yang lain menepuk dan mendorongku agar maju ke depan.
"Thea! Kamu menang! Best Performance!" Seru Theo sambil meninju udara. Aku menerima piala itu. Seorang penonton menyerahkan satu buket bunga mawar merah kepadaku, yang kuterima dengan senang hati.

Aku menang... Penampilan Terbaik!!!

No comments:

Post a Comment